Istilah “belanja masalah” mungkin terdengar unik dan asing di telinga kita. Biasanya, kata “belanja” digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari, seperti membeli sayuran, ikan, atau barang kebutuhan rumah tangga lainnya di pasar. Namun, ketika kata “belanja” digabungkan dengan “masalah,” hal ini menimbulkan kesan kontradiktif yang menarik, seolah-olah masalah bukan untuk dihindari, melainkan dicari dan diminati.
Hal inilah yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), Universitas Indonesia (UI), selama bulan Juli hingga Agustus 2024. Mereka, yang terdiri dari Dr. Polit. Henny Saptatia D.N., S.S., M.A., Dr. Shobichatul Aminah, M.Si., Dr. Lita Sari Barus, S.T., M.Si., Dr. Solikhah Yuliatiningtyas, Ph.D., Dr. M. Puspitasari, S.Sos., M.Si., dan Dr. Riska Sri Handayani, S.I.P., M.A., melakukan perjalanan ke beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Jember.
Di Kota Probolinggo, para peneliti tidak hanya melakukan “belanja masalah,” tetapi juga mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat. Mereka menyampaikan sosialisasi tentang kiat-kiat mencapai nilai akreditasi unggul melalui peningkatan publikasi di Auditorium 1 Pesantren Nurul Jadid. Sementara itu, di Kabupaten Lumajang, mereka mengadakan pengabdian masyarakat dengan topik Digital Marketing dan Kepemimpinan di Desa Sundoro.
Perjalanan ini berlanjut ke Kabupaten Jember, di mana para peneliti mengunjungi Desa Arjasa untuk meninjau industri kecil kerajinan rakyat, seperti tempeh/tampah yang terbuat dari bambu. Kegiatan ini seolah menjadi cerminan dari tema besar perjalanan mereka, yaitu menggali masalah dan mencari solusi yang dapat memberdayakan masyarakat.
Selain kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, para peneliti juga berkesempatan menyaksikan Jember Festival Carnaval (JFC) 2024 yang sudah terkenal hingga mancanegara. Dengan tema “Algorithm,” JFC tahun ini tidak hanya berhasil menarik perhatian wisatawan, tetapi juga melibatkan banyak anggota masyarakat setempat sebagai sukarelawan, menjadikan festival ini sukses besar di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Keberhasilan ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan meningkatnya okupansi hotel, restoran, dan fasilitas pariwisata lainnya selama berlangsungnya acara.
Kegiatan “belanja masalah” ini bukan hanya sekadar mencari masalah, melainkan juga menemukan inspirasi dan solusi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
More Stories
Pengmas UI Resmikan Pojok Baca Budaya Betawi di Taman Pendidikan Al-Qur’an Ikhlasul Machfudz Jakarta Selatan
Klinik Bisnis Kecamatan: Workshop Penyelenggaraan Pendidikan Informal bagi Pelaku UMKM Berbasis Digital
Bahas Pedestrian Kota di Jendela Negeri