KotaDesa.com

Urban-Rural Development

Literasi Digital dan Literasi Keuangan UMKM di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores

Kegiatan penyelenggaraan pendidikan informal tentang Literasi Digital dan Literasi Keuangan UMKM di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores sangat urgent karena banyaknya pengalaman pahit yang dialami UMKM pemula dalam mengelola usaha yang tidak paham tentang pengelolaan keuangan. “Saya sampai jual rumah bu karena mengalami kebangkrutan,” kata bu Hasni dari DPC Iwapi Manggarai Barat. Ada ratusan anggota Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Hampir 80 % anggota Iwapi dilibatkan untuk berpartisipasi pada kegiatan bazaar di Hotel Meruorah, BI Booth Camp dan Komodo Run minggu ini. “Iwapi yang merupakan bagian dari UMKM menjadi motor penggerak bisnis UMKM di Kabupaten Manggarai Barat,” sebut ibu Kendy, Ketua Umum DPC Iwapi Manggarai Barat.

Lita Sari Barus, dosen Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia menyampaikan perlunya penyelenggara pendidikan informal bagi perempuan pengusaha UMKM berbasis digital dan literasi keuangan di Kabupaten Manggarai Barat. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 16-22 November 2025 dengan mengunjungi Desa Repi dan Desa Ledang, Kecamatan Lembor Selatan serta anggota Iwapi di Labuhan Bajo. Bersamaan dengan kegiatan ini dilakukan juga kegiatan lain yang disampaikan oleh Ibu Henny Saptatia Drajati Nugrahani tentang Pemetaan Produktivitas Pengrajin Tenun Manggarai Barat untuk Penjajakan Penetrasi Pasar Eropah, Ibu Shobichatul Aminah tentang Pemetaan Konflik Budaya di Flores akibat Keragaman Budaya Lokal, Ibu Riska Sri Handayani tentang Penanganan Konflik Tauran di Masyarakat dan Ibu Puspita yang memprakarsai Tim untuk beraudiensi dengan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Barat, Bapak Benediktus Nurdin.

Kegiatan Tim Pengabdian Masyarakat SPPB UI ini diawali dengan kunjungan ke desa-desa yang didampingi oleh Ibu Yenni Gabby dari Dekranasda Manggarai Barat yang disambut oleh kelompok pengrajin tenun. Terdapat 57 jenis motif umum khas Manggarai, namun pengrajin juga sudah dapat berinovasi dengan motif baru. “Ini motif karang-karangan saja bu,” jelas Kaka Asti sebagai ketua kelompok petenun. “Apakah ibu-ibu memisahkan pemasukan dan pengeluaran dari hasil tenun dengan kegiatan lainnya,” tanya kami. “Tidak bu, kami campur aduk saja penghasilan yang ada dengan pengeluaran rumah, dan mengandalkan pasokan benang serta pemasaran hasil tenun pada Dekranasda,” demikian infonya. Sesungguhnyalah para pengrajin memerlukan support system agar dapat berjalan secara berkelanjutan. Selanjutnya Tim beraudiensi kepada Ketua DPRD dan Sekda DPRD Kabupaten Manggarai Barat. Tim juga mengunjungi Puskesmas Labuhan Bajo, Keuskupan Labuhan Bajo dan Polres Labuhan Bajo. Terakhir tim melakukan transfer ilmu dan teknologi kepada Iwapi DPC Manggarai Barat tentang aplikasi keuangan. Pada acara ini, Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan, Universitas Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Alumni Kajian Pembangunan Perkotaan, Dekranasda Manggarai Barat, dan PT. Medco E&P Indonesia.